Minggu, 16 Desember 2012

Cara Kerja Kotak Hitam Di Pesawat

BLACK BO
Kotak hitam (black box) pada pesawat terbang berfungsi untuk mencatat kegiatn pilot baik percakapan – cockpit voice recorder (CVR), maupun gerak pesawat terbang -flight data recorder (FDR) .

http://i1167.photobucket.com/albums/q640/Vhie_Tha/black.jpg

CVR merupakan seluruh data percakapan di dalam ruang kocpit baik percakapan pilot dengan co pilot maupun dengan bandara pengawas. Sedangkan FDR mencatat seluruh data penerbangan pesawat, mulai dari ketinggian pesawat, kecepatan, tekanan kabin, temperatur udara diluar, kinerja mesin, dll.
Kotak hitam yang di perkenalkan pada tahun 1960 an. Kala itu sistem perekam kotak hita berupa pita magnetik yang cara kerjanya mirip tape recorder tempo dulu. Di era 1990 pita magnetik digantikan dengan Solid-state Technology yang menggunakan chip memori untuk merekam data.
Cara kerja Solid-state Technology
Data dari FDR dan CVR disimpan di memory boards di dalam crash-survivable memory unit (CSMU) – pelindung black-box1memory yang berbentuk silindris. Dengan alat ini lebih dari 700 macam parameter data dapat disimpan.
Seluruh data yang dikumpulkan oleh sensor sensor di pesawat terbang di kirim ke flight-data acquisition unit (FDAU) yang terletak di hidung pesawat. FDAU inilah sebagai perantara sebelum data di simpan dalam kotak hitam.

http://i1167.photobucket.com/albums/q640/Vhie_Tha/boxs.jpg

Itulah sebabnya mengapa setiap ada kecelakaan pesawat terbang, kotak hitam inilah yang di cari oleh investigator, karena data-data terakhir sebelum terjadi kecelakaan terekam dalam kotak hitam ini. Biasanya data-data di dalam kotak hitam (black box) ini dirahasiakan oleh penyelidik karena berbagai alasan.
Spesifikasi Umum:
    -Perekam Data Penerbangan
    -Mencatat waktu: 25 jam terus menerus
    -Jumlah parameter: 18 - 1000 +
    -Dampak toleransi: 3400Gs / 6,5 ms
    -Tahan api: 1100 degC / 30 menit
    -Air tekanan perlawanan: 20.000 kaki terendam
    -Underwater locator beacon: 37,5 KHz; baterai memiliki umur simpan dari 6 tahun atau lebih, dengan 30-hari
     kemampuan operasi pada saat aktivasi

Perekam suara kokpit:
   - Mencatat waktu: 30 menit terus menerus, 2 jam untuk solid state unit digital
   - Jumlah saluran: 4
   - Dampak toleransi: 3400Gs / 6,5 ms
   - Tahan api: 1100 degC / 30 menit
   - Air tekanan perlawanan: 20.000 kaki terendam
   - Underwater locator beacon: 37,5 KHz; baterai memiliki umur simpan dari 6 tahun atau lebih, dengan 30-hari
      kemampuan operasi pada saat aktivasi


Catatan :
Rancangan kotak hitam modern sudah diatur oleh sebuah kelompok yang disebut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). ICAO menentukan informasi apa kotak hitam harus mencatat, lebih dari apa yang jangka waktu sudah disimpan, dan bagaimana survivable harus kotak.

Para delegasi ICAO banyak tanggung jawab ini kepada Organisasi Penerbangan Sipil Eropa Tetap (EUROCAE) yang menangani dokumen yang disebut Minimum Spesifikasi Kinerja Operasional Crash Airborne Sistem Perekam Dilindungi.

http://www.dc-cyber4rt.net/2012/03/cara … sawat.html


Franz de Assiz
(wakei memau)

Kamis, 11 Oktober 2012

Sejarah Turbo Jet 2

Perkembangan Mesin Jet
Sedikit penambahan dari saya, yang ingin  melanjutkan  mengenai masalah Turbo Jet pada mesin pesawat, setelah mendapatkan informasi lagi dari rekan saya yang bernama Capt.Alex  mengenai mekanisme kerja Turbo Jet,ternyata memliki masing-masing jenis yang berbeda seperti :

Boeing 787 DreamLiner 

 http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/787.jpg

Gambar mesin turbo jet : 

http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/turbojet1.gif

Mesin turbojet adalah mesin jet yang paling sederhana, biasanya dipakai untuk pesawat-pesawat jet awal atau pesawat-pesawat jet berkecepatan tinggi. Contoh dari mesin ini adalah mesin Rolls-Royce Olypus 593 yang digunakan untuk pesawat Concorde. 

Selain menggerakan pesawat, mesin ini juga bisa dipakai untuk menggerakan kereta api dan kapal laut, contohnya mesin Marine Olympus yang memiliki kekuatan 28.000 hp (daya kuda atau setara dengan 21 MW) yang digunakan untuk menggerakkan kapal perang modern dengan bobot mati 20.000 ton dengan operasi berkecepatan tinggi. 

Turbojet terdiri dari saluran masuk udara, kompresor udara, ruang pembakaran, turbin gas (yang menggerakkan kompresor udara) dan nozzle. 

Udara dikompresi ke dalam ruang bakar, dipanaskan dan dimuaikan dengan sangat cepat akibat proses pembakaran bahan bakar dan kemudian udara panas tersebut dibiarkan mengalir menuju turbin dengan kecepatan tinggi untuk memberikan propulsi yang kemudian digunakan untuk memutar kompresor.

Mesin Turbofan : http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/turbofun.gif
http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/turbofan2.gif

Mesin turbofan ada tipe mesin jet pesawat terbang yang mirip dengan mesin turbojet. Mesin ini umumnya terdiri dari sebuah kipas internal dengan sebuah turbojet kecil yang terpasang dibelakangnya untuk menggerakkan kipas tersebut. 

Aliran udara yang masuk melalui kipas ini melewati turbojet, dimana sebagian kecil udara itu dibakar untuk menghidupi kipas, dan sisa udara digunakan untuk menghasilkan dorongan.

Semua mesin jet yang digunakan untuk pesawat jet komersial masa kini adalah mesin turbofan. Mesin ini lebih banyak digunakan karena sangat efesien dan relatif menghasilkan suara yang lebih kecil.


http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/turboprop1.png http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/turboprop2.gif

Mesin Turboprop adalah mesin pesawat terbang dengan turbin gas terhubung ke baling-baling. Turbin gas dirancang khusus untuk keperluan ini, dengan hampir semua keluarannya digunakan untuk memutar baling-baling. Gas keluaran turbin mengandung energi yang kecil dibandingkan dengan turbojet dan berperan kecil dalam mendorong pesawat.

Itulah penambahan sedikit mengenai mesin yang berbeda yang saya ketahui,mohon dikoreksi bila ada kekeurangan ataupun penambahan dari artikel ini'


Semoga bermanfaat untuk pembaca generasi pilot Indonesia.

"Salam terbang"


Franz de Assiz
(wakei memau)

Bagaimana Helikopter Bisa Terbang?

Bagaimana Helikopter Bisa Terbang?


Sedikit mengetahui dunia penerbangan, berbeda dengan boeing dan Airbus... tetapi Hellikopter.

Mesin jet (Gas-Turbine) biasa dipakai untuk memproduksi tenaga dan bukan hanya untuk menggerakan rotor atau turbin. Jika anda pernah mendengar istilah mesin turbo, mesin ini merupakan dasar mesin jet. Mesin ini mengambil tenaga dari pembakaran dan mengeluarkan tenaga mekanik yang dapat memutar rotor atau turbin. Sudu-sudu turbin dibentuk agar terjadi pengubahan ekspansi termal dari pembakaran bahan bakar menjadi tenaga dorong, dan mengambil sedikit tenaga untuk menggerakan turbin dari tenaga dorong yang dipakai untuk mengkompres udara pada bagian depan mesin.

Helikopter (hampir setiap kasus mesin ini dipakai) menggunakan mesin jet untuk menghasilkan tenaga yang dapat menggerakan rotor. Mesin helikopter seperti UH-1 Huey, the Bell Jet Ranger, dan AH-64 Apache merupakan mesin turunan dari mesin turbin gas. Beberapa helikopter kecil atau lama menggunakan mesin  reciprocating (Piston) sebagai sumber tenaga, tetapi helikopter modern memakai mesin turbin gas. Mesin ini dipakai karena ringan, bertenaga, dan bekerja baik.  Mesin ini tidak seperti mesin reciprocating yang terlalu banyak komponen bergerak, sehingga probabilitas kerusakan mesin ini lebih kecil.

Mari kita lihat bagaimana mesin jet bekerja. Mesin jet bekerja berdasarkan empat prinsip: "Masuk,  Tekan, Bakar dan Ledakan". Gambar di bawah menggambarkan sebuah penampang lintang mesin turbin gas. dari artikel yang saya lupa sumbernya,yang pasti ini berati untuk rekan-rekan yang membutuhkan infonya.

http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/hellikopter.gif

Bagian depan dari mesin adalah bagian kompresor merupakan tempat udara masuk dan "Tekan" sehingga membuat udara lebih mampat dan baik untuk pembakaran. Udara masuk ke dalam kompressor melalui sudu-sudu kompresor yang berbentuk seperti sebuah sayap miniatur pesawat terbang. Kompresor ini bekerja seperti sebuah kipas angin besar yang menyedot udara ke dalam mesin. Antara barisan sudu-sudu kompresor, ada sudu-sudu stasioner yang biasa disebut "stator". Stator berguna untuk mengubah arah aliran udara dan membantu proses pemampatan. Sebagaimana terlihat pada gambar, area yang dapat dipenuhi udara lebih kecil pada kompresor semakin dekat ke bagian pencampur bahan bakar (diffuser).

Udara lalu dialirkan ke bagian diffuser, kemudian masuk ke dalam bagian combustion. Dalam bagian tersebut udara akan bercampur dengan bahan bakar dan dinyalakan untuk memicu reaksi kimia yang dapat menghasilkan tenaga. Ledakan pembakaran campuran udara dan bahan bakar menghasilkan ekpansi termal yang melintas melalui bagian turbin sehingga gaya dorong menghasilkan tenaga yang dapat menggerakan turbin. Mesin ini menghasilkan gaya dorong yang cukup untuk menggerakan kompresor, sehingga dihasilkan tenaga yang kontinu. Tetapi dalam desain nyata akan terdapat bagian yang jauh lebih rumit daripada contoh ini, dan teori ini dipakai untuk merepresentasikan proses kerja sebuah mesin jet.

Contoh Sebuah Mesin Helikopter
Bagaimana tenaga yang didapat dari mesin disalurkan ke rotor?
Tenaga disalurkan dari mesin menggunakan gearbox yang mengubah tenaga dari mesin dan mengirim ke transmisi. Di dalam transmisi putaran mesin (RPM) direduksi dari ribuan putaran perdetik menjadi ratusan putaran per detik. Dengan pereduksian ini meningkatkan torsi dan rotasi dipelankan agar dicapai putaran yang diinginkan pada sistem rotor. Transmisi mengendalikan tenaga yang disalurkan kepada rotor.

Perlengkapan gearbox disusun pada mesin mengurangi sedikit tenaga untuk menggerakan komponen seperti pompa oli, generator dan kontrol bahan bakar dari mesin itu sendiri.

Contoh RUNWAY : 

http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/runway.gif


http://i1247.photobucket.com/albums/gg639/memet24/pilotindonesia.jpg

"Salam Terbang" 


Franz de Assiz
(wakei memau)



Flying Circuit Pattern With Cessna 172



1. Pengertian Circuit (Traffic) Pattern

Circuit (Traffic) Pattern adalah pola standar diikuti oleh pesawat ketika lepas landas atau pendaratan, dengan tetap menjaga kontak visual dengan lapangan terbang. Circuit Pattern biasanya dioperasikan di bandara-bandara kecil atau bandar udara militer. 

Umumnya bandara besar menghindari sistem ini, kecuali untuk penerbangan komersial yang gagal mendarat ( Go Around).
Di bandara yang terdapat menara kontrol (Tower), akan menginstruksikan bagaimana dan di mana pesawat memasuki traffic pattern. 

Sebagai contoh, pesawat mungkin akan diinstruksikan, “PK-ARD, clear join right downwind runway 10, report downwind.”


2. Pola Dasar Circuit (Traffic) Pattern
http://holdingpoint.files.wordpress.com/2011/04/07603042287132930.png
Pola dasar Circuit Pattern terdapat beberapa posisi yang menjadi bagian dari pola baku :
    Upwind : Di mana posisi pesawat setelah lepas landas dan dalam posisi runway heading.
    Crosswind : Di mana posisi pesawat berada pada 90 derajat ke arah kiri/kanan setelah runway runway.
    Downwind : Di mana posisi pesawat berada sejajar pada runway dengan arah berlawanan.
    Baseleg : Di mana posisi pesawat berada posisi 90 derajat  dari arah kiri/kanan sebelum active runway.
    Final : Di mana posisi pesawat lurus pada active runway dan siap melakukan pendaratan.
Pola circuit pattern yang baku yang standar adalah Left Hand Pattern dan Right Hand Pattern.
Left Hand Pattern sendiri artinya dalah pesawat setelah lepas landar diwajibkan berbelok ke arah kiri dari active runway untuk kemudian memasuki tahap/posisi Left downwind yang berada di sebelah kiri active runway.
Right Hand Pattern artinya adalah pesawat setelah lepas landas diwajibkan berbelok ke arah kanan dari active runway untuk kemudian memasuki tahap/posisi Right Downwind yang berada di sebelah kanan active runway.
Perlu dipahami bahwa, setiap bandara memiliki karakteristik permukaan yang berbeda, sehingga tidak semua bandara bisa memakai pola Left Hand Pattern atau Right Hand Pattern ataupun keduanya. Semua tergantung kondisi permukaan bumi di sekitar bandara.


3. Yang perlu diketahui sebelum melakukan Circuit Pattern

Ada beberapa hal yang perlu diketahui, sebelum kita menjalankan circuit pattern :
    Altitude : Ketinggian jelajah untuk circuit pattern di Indonesia adalah 1500 ft AGL (Above Ground Level / Di atas permukaan Tanah). Misalkan, elevasi bandara adalah 100 ft, maka altitude maksimum untuk traffic circuit pattern adalah 1600 ft.

    Maintain Visual Contact With Aerodrome. Dalam menjalankan circuit pattern, pilot diwajibkan selalu menjaga kontak visual dengan bandara / runway. Oleh karena itu, circuit pattern sering disebut sebagai fly around aerodrome ( terbang di sekitar bandara). Jarak yang ideal dari bandara adalah 3 NM atau maksimal 5NM dari bandara / runway.

    METAR. Sebelum melakukan penerbangan, pilot diwajibkan untuk memeriksa METAR atau Weather information. Dalam METAR terdapat beberapa komponen yang sangat mempengaruhi penerbangan dengan pola circuit pattern, yakni : Surface Wind, akan mempengaruhi active runway. Visibility, Jarak pandang juga mempengaruhi apakah penerbangan VFR (Visual Flight Rules) diijinkan atau tidak, apabila jarak pandan di bawah 5000 meter, maka ATC berhak untuk tidak mengijinkan penerbangan VFR. QNH (tekanan barometic yang disesuaikan dengan permukaan laut) perlu disesuaikan pada instrument pesawat, guna menjaga keakuratan altitude (ketinggian jelajah) kita.

    Aerodrome Geographic Condition. Sebelum melakukan penerbangan, pilot juga diminta untuk memahami kondisi geografis di sekitar bandara, guna menentukan pola traffic pattern yang akan dijalankan nanti.

 


4. Bagaimana terbang Circuit Pattern?

    Setelah seluruh persiapan dan briefing selesai dan telah mendapat clearance dari ATC, kita taxi ke active runway. Perlu diketahui bahwa Cessna 172 tidak memerlukan runway yang panjang yakni antara 60.96 meter hingga 152.4 meter dalam kondisi cuaca normal dan tergantung pada payload serta skill pilot.

    Setelah posisi pesawat siap lepas landas dan semua instrument telah siap, maka silahkan untuk lepas landas, perhatikan juga  take off speed kemudian rate of  climb.

    Setelah airborne, maintain runway heading untuk join upwind hingga climbing rate dan speed aman. Setelah pesawat mencapai ketinggian 1000 ft AGL, memulai berbelok ke kiri/kanan untuk masuk ke fase crosswind sambil terus pendakian ke 1.500 ft AGL. Tetap berada pada posisi crosswind hingga 0.5 NM atau sekitar 20-30 detik.

    Kemudian, berbelok ke kiri/kanan untuk masuk ke fase downwind. Dalam pesawat real, pilot disarankan juga untuk selalu memperhatikan kontak visual baik dengan bandara / runway maupun geografis di sekitarnya.

    Selama dalam fase downwind, perhatikan juga throttle agar air speed tidak lebih dari 140 kts. Jaga selalu kontak visual dengan runway, saat posisi pesawat melewati threshold runway, tunggu hingga 1 menit di downwind, turunkan air speed hingga 90 kts dan flap 10.
    Setelah 1 menit, beloklah ke kiri atau ke kanan ke fase baseleg dengan speed 80 kts dan flaps 20.

    Saat berada pada fase baseleg, pesawat sudah memulai descend path untuk mendarat. Saat memasuki fase final, descend dengan descend rate yang tepat kemudian ketinggian yang aman sesuai dengan kondisi terrain.
    Pada posisi final, tentukanlah point atau titik pada runway yang mana menjadi target untuk touch down.

    Perlu diperhatikan, selalu menempatkan banking angle yang aman. Dalam hal ini di sarankan antara 25 derajat hingga 29 derajat (tergantung pilot skill)
    Setelah mendarat, taxi ke apron sambil mengembalikan flaps ke 0, dan seluruh after landing briefing di jalankan.


Catatan :
    Taxi speed selama berada di apron maupun di taxiway tidak lebih dari 20 kts.
    Seluruh fase yang dijalani sangat dipengaruhi oleh kondisi angin. Koreksi posisi pesawat secara manual apabila diperlukan.
Sebagai tambahan, saya sertakan penjelasan tentang panel Cessna 172

http://holdingpoint.files.wordpress.com/2011/04/cessna172_panel.jpg

Keterangan :
    Air Speed Indicator : Untuk menunjukkan Indicated Air Speed Pesawat
    Horizontal Situation Indicator : Untuk menunjukkan kondisi pesawat apakah tegak lurus atau tidak
    Altitude Indicator : Untuk menunjukkan altitude pesawat (Above Sea Level)
    Heading Indicator : Untuk menunjukkan heading pesawat
    Vertical Speed Indicator : Untuk menunjukkan Climb Rate dan Descend Rate
    VOR 1 Indicator : Untuk menunjukkan posisi pesawat dari VOR tertentu
    VOR 2 Indicator : Untuk menunjukkan posisi pesawat dari VOR tertentu
    Auto Direction Find (ADF) : Untuk menunjukkan posisi pesawat dari NDB tertentu

Untuk mengaktifkan VOR 1, kita perlu set frekuensi VOR utama yang kita pakai pada NAV1 di radio stack, sedangkan VOR 2 merupakan VOR cadangan atau VOR kedua yang kita tuju setelah VOR 1 pada penerbangan VFR dan frekuensi VOR 2 diset pada NAV 2 di radio stack.
Auto Direction Find (ADF) akan aktif apabila kita set frekuensi NDB pada ADF di radio stack.

Demikian sedikit tutorial ini yang sengaja saya buat dengan bahasa sesederhana mungkin agar dapat dipahami dengan gampang. Semoga bermanfaat.

 franz de assiz
(wakei memau)
Kelebihan dan kekurangan menjadi Pilot
PunBB bbcode test
Apakah langit menarik Anda lebih dari bumi?
Apakah menurut Anda mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia itu menyenangkan?
Berarti jiwa Anda adalah jiwa petualang dan Anda ditakdirkan menjadi Pilot.
Inilah beberapa kelebihan jika kamu menjadi Pilot :
1.Kamu memiliki kesempatan untuk melihat negara yang berbeda dan perjalanan di seluruh dunia menghabiskan tanpa biaya tambahan
2.Kamu dapat bersosialisasi banyak orang dari berbagai negara
3.Salaries tinggi, karena sebagai mobilitas terhadap perjalanan jarak jauh tentu jasa pilot sangat dibutuhkan
4.Provesi yang dihormati dan membawa kesenangan dan mengisi pemenuhan, dan Anda tidak akan pernah memiliki hidup yang membosankan
Bila ada kelebihan tentu ada kekurangannya, tetapi semua itu bisa diatasi jika Anda bersikap disiplin dalam menjalankan tugas.
1.Pilots bertanggung jawab atas kehidupan masyarakat.
Jika Anda siap untuk tanggung jawab tersebut, mempertimbangkan fakta bahwa Anda akan berurusan tidak dengan satu orang, tetapi kadang-kadang dengan ratusan orang. Bersiaplah untuk menjamin keamanan orang.
2.Pilots jauh dari rumah untuk waktu yang lama.
Ada penerbangan yang dapat berlangsung lebih dari dua hari dan beberapa perjalanan dapat mengambil percontohan seminggu untuk pulang. Lamanya perjalanan merupakan faktor yang sangat penting. Bersiaplah untuk jauh dari keluarga dan kerabat.
3.Errors tidak dapat diterima.
Ingat bahwa pilot bekerja dengan komputer dan harus sangat penuh perhatian. Setiap kesalahan kecil dapat menyebabkan bencana mengerikan. Stamina sangat penting juga. Bersiaplah untuk tidak tidur untuk waktu yang lama.
4.Be siap
Untuk memiliki jam kerja yang tidak teratur dan melakukan penerbangan di malam hari, perlu diingat bahwa keselamatan penumpang dan tanggung jawab untuk kehidupan mereka yang lebih dulu.
Pertimbangkan semua fakta yang tercantum di atas sebelum membuat keputusan Anda.

“Salam Terbang”


 Frnz de Assiz
(Wakei Memau )

SYARAT MENJADI PENERBANG



Syarat Menjadi PILOT

1.       Syarat Negara :
a.       Berusia Min 17 Tahun
b.      Memiliki Medical Certificate yang dikeluarkan oleh Balai Kesehatan Penerbang
                                                               i.      Tes Mencakup
1.       Kesehatan keseluruhan
2.       Cek Darah
3.       Cek Urine
4.       Cek Mata
5.       Cek Pendengaran
6.       Cek Gigi
7.       Cek Paru Paru
8.       Cek Jantung
9.       Cek Syaraf
*Note : Nilai baik / wajar di tentukan oleh Balai Kesehatan Penerbang Tersebut

c.       Memiliki Student Pilot License
                                                               i.      Mengikuti Ujian Bahasa Inggris yang di selenggarakan Departemen Perhbungan Udara dengan melampirkan Hasil Medikal test

2.       II. Syarat Sekolah :
a.       Mengikuti Test Akademik
                                                               i.      Bahasa Inggris  ( Minimal Hasil test 70 % )
                                                             ii.      Matematika ( Minimal Hasil test 70 % )
b.      Mengikuti Test Aptitude
c.       Mengikuti Test Psikotest  di Lembaga Kesehatan Penerbang
*Note : Semua Test diatas Tidak Menggurkan Calon Siswa



3.       Cara Menjadi Siswa :
a.       Membayar Biaya registrasi sebesar Rp 10.000.000 
*Note : Rincian Biaya adalah Kegiatan diatas 

Selasa, 03 Juli 2012

Jenis Lisensi Pilot

Seperti halnya profesi lain, pilot juga mempunyai beberapa tingkatan ijin. Ini terkait dengan kemampuan dan jam terbang pilot bersangkutan. Secara umum lisensi pilot terdiri dari PPL, CPL, ATPL.

PPL (Private Pilot License)
PPL adalah lisensi paling dasar bagi pilot. Pemegang lisensi ini diperkenankan menerbangkan pesawat untuk kepentingan sendiri dan tidak diperbolehkan membawa penumpang dan dibatasi pada pesawat bermesin tunggal. Selain itu pilot yang hanya mempunyai lisensi PPL hanya diperkenankan terbang pada siang hari dan tidak terbang untuk dibayar (non komersial). Di Indonesia PPL mensyaratkan jam terbang sejumlah 60 jam terbang.

CPL (Commercial Pilot License)
Pemegang lisensi CPL diperkenankan menerbangkan pesawat bermesin tunggal, diperkenankan membawa penumpang (berbayar atau tidak) dan diperkenankan untuk penerbangan komersial tanpa kru (sebatas pada penerbangan baliho, penyemprotan kebun, pemadaman api, pesawat sewaan, laporan lalulintas, pemotretan udara bahkan instruktur terbang). Selain itu juga diperkenankan untuk terbang pada malam hari. CPL adalah syarat minimal pilot komersial. Di Indonesia CPL mensyaratkan 200 jam terbang.

ATPL (Airline Transport Pilot License)
ATPL adalah tingkatan tertinggi kemampuan pilot. ATPL disyaratkan untuk pilot yang bekerja di airline dengan penerbangan terjadwal. Pilot pemegang lisensi ini juga diperkenankan menerbangkan pesawat dengan kru (dua kru atau lebih), pesawat dengan penumpang/kargo besar. ATPL mensyaratkan 1500 jam terbang.

Selain lisensi, seorang pilot biasanya juga memiliki sertifikat rating untuk menunjukkan kualifikasi tertentu yang dimiliki pilot bersangkutan. Rating ini meliputi ME, IR, dan rating untuk tipe pesawat.

Kualifikasi ME (Multi Engine) diperlukan jika pilot akan menerbangkan pesawat dengan mesin ganda. Kualifikasi IR (Instrument Rating) diperlukan pada penerbangan malam atau penerbangan ada jalur IFR (Instrument Flight Rule). Jalur IFR adalah jalur penerbangan yang tidak bisa dilakukan dengan navigasi visual (misalnya penerbangan lintas samudra), melainkan dengan bantuan beacon radio di darat. Sedangkan pada penerbangan visual atau dikenal dengan VFR(Visual Flight Rule), pilot bisa mengandalkan gunung, danau, sungai, gedung sebagai bantuan navigasinya.

Masih ada Type Rating, yaitu kualifikasi khusus untuk menerbangkan jenis pesawat tertentu. Misalnya pilot yang biasa menerbangkan pesawat keluaran airbus (seri A340-200, 300, 500, 600) harus meratifikasi lagi kualifikasinya jika akan menerbangkan pesawat Boeng meski seri 737-200.

Jadi menjadi seorang pilot tidak bisa dengan cara yang cepat dan gampang. Kualifikasi dan kemampuan yang tinggi tetap diperlukan.

Franz de Assiz
(wakei memau)

Jumat, 29 Juni 2012

Kapten Pilot Pertama Asal Suku Mee

 
 
“INSPIRASI merupakan bahan terpenting untuk mencapai kesuksesan dalam segala kegiatan manusia, dan inspirasi dari suatu tindakan dapat ditumbuhkan dari sebuah keinginan sebab salah satu penemuan terbesar umat manusia adalah mereka bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya mereka sangka tidak bisa dilakukan.”
Kata-kata bijak itu menjadi cambuk bagi Meki Nawipa, Putra Papua asal Suku Mee, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. Semasa kecil, anak dari Yahya Nawipa dan Ruth Gobay ini bercita-cita menjadi seorang penerbang. Meki kecil yang lahir di Enarotali pada 6 November 1978 silam itu mengaku awal mula tertarik pada dunia penerbangan sejak masih di sekolah dasar. Dia berkisah, setiap kali pesawat cessna mendarat di Enarotali, dirinya selalu berkhayal ingin menjadi pilot supaya bisa menerbangkan pesawat. Cita-cita menjadi penerbang tak pernah hilang dalam sejarah hidupnya. Kendati hanya anak seorang guru, namun ia bertekad membuktikan kepada orang tua dan teman-temannya bahwa kelak cita-cita menjadi pilot akan terwujud. 
Ia sadar bahwa menggapai cita-cita itu perlu banyak belajar, karena itu setelah menamatkan Sekolah Dasar YPPGI Kebo (Paniai) pada 1990, ia lantas melanjutkan ke SMP Negeri Komopa (Paniai) dan tamat pada 1993. Meki kemudian melanjutkan pendidikan lagi di SMA 5 Jayapura dan tamat pada 1996. Nyaris putus asa lantaran terganjal masalah biaya membuat Meki sempat banting strir dan kuliah pada Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Peternakan, Ilmu Produksi Ternak sejak 1996 hingga 1998. Walaupun terdaftar sebagai mahasiswa IPB namun diam-diam Meki masih menyimpan keinginan yang begitu kuat untuk menjadi penerbang. Sambil kuliah, Meki berusaha mendekati beberapa donator yang kiranya bersedia membiayainya ke sekolah penerbangan. Upaya Meki praktis tak membuahkan hasil, namun Tuhan masih berbaik hati dan mau mendengarkan doanya. Ia kemudian diterima di Deraya Flying School , Halim Perdana Kusuma Jakarta atas dukungan dana dari Lembaga Pengembangan Masyarakat Irian Jaya (LPMI), kini Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK-Red). 
“Saya berterimakasih sekali pada PT Freeport Indonesia dan LPMAK yang telah memberikan dukungan dana melalui Dana Kemitraan sehingga saya bisa berhasil menyelesaikan pendidikan studi pada Deraya Flying School untuk tahap Privat Pilot Licence (PPL) dan tamat pada 2000,” kata Meki.
Untuk menambah pengetahuan pada dunia penerbangan, pada 2004 ia menempu studi penerbangan dari program awal pada Bible College of Victoria (BCV) di Melbourne-Australia. Program ini diselesaikan dalam dua tahapan yaitu tahap CPL pada 2006 dan ME-IR pada 2007.
“Menerbangkan sebuah pesawat memerlukan beberapa syarat. Pertama, harus lulus dari PPL (Private Pilot Liason). Kedua, mendapat CPL (Comersial Pilot Liason) dan ketiga yaitu mendapat IR (Instrumen Reating),” ujar Meki.
Sebagai penerbang, Meki merasa perlu menguasai bahasa Inggris sehingga ia juga belajar Bahasa Inggris di Englis Education Center (EEC) Jakarta dan lebih memperdalam lagi  di Boxil-Australia pada 2003. Sebelum pulang ke Indonesia untuk menerbangkan pesawat, ia  mengikuti evaluasi terbang bersama Yayasan Mission Aviation Fellowship (MAF) Australia di Papua New Guinea pada 2003.
Sekembali ke tanah air, pada 2008 ia mulai bekerja sebagai penerbang di maskapai penerbangan SUSI AIR.

Franz de Assiz
(wakei memau)

Dirgahayu 50 th AMA di tanah Papua

“Terbang di atas pegunungan Jayawijaya dengan sebuah pesawat misi rasanya sungguh mengecilkan manusia berhadapan dengan kemegahan alam ciptaan Allah… namun di lain pihak sadar dengan akal budinya, manusia akhirnya mampu menjelajah angkasa dan menguasai jarak hingga dunialah yang terasa mengecil,” cuplikan homili uskup Jayapura: Mgr.Leo Laba Ladjar, OFM selebran utama misa syukur 50 tahun penerbangan misi, Association Mission Aviation (AMA) di Sentani hari Senin, 27 April 2009.

clip_image002

Allah masih menjadi jaminan
Acara pesta emas penerbangan misi dimulai dengan misa konselebrasi meriah oleh 5 uskup, pemilik dari AMA, beserta tiga puluhan imam yang umumnya dari Keuskupan Jayapura. Dalam homilinya, selebran utama, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM mengingatkan kehadiran AMA untuk pelayanan misi dan menjaga keutuhan ciptaan sebagaimana pada tanggal 23 Maret 1959, karya penerbangan ini telah dirintis para misionaris fransiskan menjawab tantangan misi di Papua. “walupun manusia zaman ini mulai menanggalkan pesona illahi sehingga gunung hanya dilihat berapa banyak emas di dalamnya, hutan-hutan hanya dinilai dari berapa dolar yang akan dihasilkan kayunya tapi hari ini kita rayakan bagaimana jari Allah memudahkan karya misi kita,” ujarnya.
Dalam misa pesta emas di home base AMA di Sentani ini, para uskup juga memberkati hanggar baru dan sebuah pesawat baru, PAC 750 XL. Acara ini memang menunjukkan keunggulan AMA, dengan masuknya banyak unsur inkulturasi budaya dalam misa, diperlihatkan bagaimana karya misi penerbangan memperkenalkan orang papua melihat dunia dan sebaliknya. Sambutan tertulis dari gubernur Papua dan acara joy ride dengan pesawat baru jelas-jelas menunjukkan pengaruh AMA bagi perkembangan masyarakat Papua. Pesawat-pesawat AMA membawa banyak murid dari pedalaman masuk dalam pusat-pusat pendidikan misi dan akhirnya menjadi kader-kader pendidikan, pemerintahan dan pembangunan di Papua. Untuk pelayananan macam itu AMA memang selalu menjadi operator pertama pesawat berkemampuan khusus, seperti PAC 75 XL, yang bisa lepas landas dari lapangan perintis yang pendek (STOL, Short Take Off and Landing).
Beratnya medan pegunungan tinggi di Papua menyebabkan banyak kecelakaan yang merenggut nyawa para pilot dan misionaris dalam penerbangan menuju tempat tugas mereka. Suasana haru menyelimuti hampir di setiap bagian acara pesta ini saat hening mengenang pengorbanan jiwa para pilot dan misionaris. Walau banyak kecelakaan, umumnya pesawat AMA tidak diasuransikan, badan pengurus mengelola sendiri dana asuransi masing-masing pesawat. Sehingga makin tepatlah keyakinan yang disampaikan sang Uskup: “Allah masih menjadi jaminan kehidupan dan karya kita!”
AMA harus mensubsidi penerbangan misi dengan bisnis penerbangan
Berbekal tujuh pesawat, AMA saat ini melayani transportasi udara yang harus dilakukan oleh misi untuk menjangkau wilayah pastoral yang sebagian besar tersebar di pedalaman gunung dan pantai Papua. Lima keuskupan di papua sangat terbantu dengan penerbangan misi yang diperjuangkan terutama oleh P. Cremers, OFM. Semenjak berhentinya subsidi luar negeri untuk karya penerbangan misi, kini AMA harus masuk dalam dunia bisnis penerbangan guna mensubsidi biaya transportasi udara yang harus dilakukan misi domestik kelima keuskupan di Papua.
Sebagai penerbangan misi, AMA tidak hanya menyediakan pesawat dan pilot. “Mungkin AMA satu-satunya maskapai penerbangan yang demi pelayanan penerbangannya telah membangun banyak landasan perintis,” komentar Mgr. Datus Lega, Uskup Sorong. Hingga sekarang, AMA bersama dengan lembaga misi dan umat telah membangun sekitar 400 lapangan terbang perintis. Tidak cukup dengan adanya lapangan terbang, di setiap pos tersebut harus ada satu unit radio ssb dengan operator lapangan untuk mengetahui kondisi cuaca, menjaga keamanan pendaratan dan bongkar muat pesawat. “Banyak wilayah dimana runway dibangun AMA telah menjadi maju dan berkembang, sekarang pemerintah mengambil alih runway dan mengembangkannya menjadi bandar udara perintis tanpa ganti rugi atau sedikitnya izin dari Gereja.” Lanjut Mgr. John Philip, Uskup Timika sekaligus ketua badan pengurus AMA. Bandara Ayewasi dan Merdey di Sorong serta bandara di Moanemani, ibu kota kabupaten Dogiyai dan juga bandara di Bilogai, Paniai adalah contoh daerah yang berkembang karena menjadi pusat misi Katolik berkat adanya bandara dan penerbangan yang dirintis AMA.
Melihat pemerintah kini mengambil alih banyak bandara perintis tersebut, para uskup tidak merasa keberatan walau tanpa ganti rugi atau ‘pamit’ pada Gereja yang susah payah membangunnya, “Yang penting, pemerintah memelihara dan mengembangkannya untuk pelayanan masyarakat itu sudah cukup bagi kami,” serius Mgr John menutup komentarnya. Sangat diharapkan, sejak AMA juga terjun dalam bisnis penerbangan, pemerintah memanfaatkan jasa AMA untuk melayani rute-rute penerbangan ke daerah pedalaman daripada mengikat perjanjian dengan perusahaan penerbangan lain yang murni menarik keuntungan dan nyata-nyata masih harus mendarat di lapangan terbang yang dibangun oleh AMA dan misi Gereja Katolik.
Harus tambah armada
Menjelang acara ulang tahun AMA, menggunakan pesawat baru, badan pengurus berkeliling wilayah kabupaten Merauke melihat kemungkinan membuka rute baru di wilayah selatan. Mgr. Nico MSC, Uskup Agung Merauke menyambut positif safari ini dan mendukung rencana badan pengurus memperbesar armada pesawat bekemampuan khusus. “Setelah 20 tahun ditinggalkan, kami rindu melihat sayap-sayap putih AMA melintasi langit menyibak awan di wilayah selatan…” ungkapnya penuh semangat menyambut rute baru AMA di Merauke, Ewer, Bade, Kepi dan Tanah Merah.
Sekarang ini AMA memiliki tujuh pesawat berkemampuan khusus, seperti Pilatus Porter PC-6 dan PAC 750 XL, untuk melayani wilayah misi di pedalaman. Kebutuhan minimal bagi penerbangan misi melayani semua keuskupan adalah sembilan pesawat. Sementara untuk melakukan pelayanan yang optimal AMA masih memerlukan dua belas pesawat lagi untuk melengkapi tujuh pesawat yang kini berjuang keras melayani rute-rute yang berat. Dalam waktu dekat, memanfaatkan pesawat-pesawat Cessna yang sudah tidak ekonomis untuk melayani penerbangan misi, AMA juga akan mengembangkan sekolah penerbangan untuk mencukupi kebutuhan pilot lokal bagi misi maupun perusahaan penerbangan lain.

Franz de Assiz
(wakei memau)

HASIL KARYA SENDIRI

https://plus.google.com/u/0/116656641253845069215

MAPIA, Pedalaman Papua Yang Tidak Populer

"BOMOMANI", pusat distrik Mapia adalah salah satu medan pastoral terberat Keuskupan Timika, setelah wilayah Moni – Puncak Jaya…" ujar Mgr. John Philip Saklil
Melihat kemajuan masyarakat pantai karena masuknya Misi Katolik di Kokonau, wilayah pantai Mimika Barat, Aoki Tekege mengundang Pastor Smith, OFM untuk mendaki ke Modio. Setelah permohonan yang berulang-ulang dari pemuka adat suku Mee, masyarakat pegunungan di bagian bawah leher burung dan dada atas pulau Papua ini, akhirnya Misi masuk ke daerah Mapia tepatnya di Modio dan merayakan Natal pertama kali pada tahun 1929. Ketika dalam salah satu perayaan pesta adat di Modio seorang warga suku Mee dari daerah Paniai datang dengan dayung, hal ini menarik perhatian Pastor Smith. Beliau meminta seorang pilot Belanda, Wiessel mencari tiga danau besar di sebelah utara Mimika. Akhirnya tahun 1935, danau Tigi, Tage dan Paniai ditemukan, perhatian misi diikuti pemerintah Belanda tercurah ke Enarotali di daerah Paniai karena sulitnya perjalanan ke Mapia padahal daerah Paniai bisa dicapai dengan pesawat ampibi. Maka Enarotali berkembang pesat dan sudah lama menjadi ibu kota Kabupaten Paniai setelah Papua menjadi bagian dari Indonesia sementara Mapia nyaris tak dikenal.


185 Km saja dari Kota Nabire

Bomomani, mestinya sebuah kota pusat pemerintahan distrik Mapia (setingkat kecamatan) merupakan wilayah paling selatan dari Kabupaten Nabire. Namun pintu gerbang bagi wilayah pegunungan seluas JABOTABEK ini tampak tidak lebih dari sebuah kampung yang biasa kita saksikan dalam film-film laga berlatar kerajaan-kerajaan kuno di Jawa. Tidak ada listrik untuk menjalankan administrasi pemerintah ataupun penerangan penduduk, bahkan kepala distrik harus membayar mahal untuk menyewa listrik dari para pedagang Bugis-Makasar yang membangun kincir air sederhana sebesar tiga ribu watt sekedar untuk penghiburan di antara perantau itu. Namun beberapa penduduk yang bekerja sebagai guru atau pegawai negri juga bisa membeli lima liter bensin dengan harga sepuluh sampai lima belas ribu per liter, sebelum kenaikan BBM per 1 Oktober lalu, untuk menggerakkan generator 200 watt sepanjang malam.
Iringan truk – sarana angkut manusia dan barang ke pedalaman, yang kerap kali dikawal sebuah mobil berpenggerak empat roda, biasanya enggan mampir ke Bomomani. Para sopir yang berangkat subuh dari kota Nabire sudah terlalu lelah setelah menempuh jarak 185 km selama sepuluh-sebelas jam mendaki jalanan jelek dan jembatan yang berbahaya karena kurangnya perhatian pemerintah kabupaten Nabire. Sementara jalan rintisan sempit sepanjang satu kilometer ke Bomomani sangat sulit dilalui. Praktis Bomomani dan Wilayah Mapia lainnya tersisih dari perhatian, bahkan banyak terbitan peta Papua tidak mencantumkan nama daerah ini.
Lepaskan gambaran tentang kampung-kampung di Jawa kalau mau membayangkan perjalanan darat dari ibu kota kabupaten Nabire ke Bomomani, pusat distrik Mapia. Dua puluh kilometer ke arah selatan dari kota Nabire kita sudah bisa menemukan hutan alami dan jalanan aspal mulai rusak sampai kita bertemu kota kecamatan Topo di KM 30 barulah jalanan membaik beberapa kilometer untuk kemudian rusak sama sekali sampai KM 50. Jalanan baru beraspal lagi di sekitar Mr.Philips, demikian orang biasa menyebut dataran yang mulai mendaki, sekitar 55 km dari Nabire. Di daerah itu seorang berkebangsaan Belanda pernah tinggal cukup lama melakukan penelitian flora dan fauna. Setelah delapan puluh kilometer meninggalkan Nabire, kita akan memasuki medan mendakit penuh lumpur, kubangan raksasa dan jembatan rusak yang sungguh-sungguh berat dan berbahaya. 

Mobil gardan ganda masih jadi andalan transportasi
Kecelakan motor, truk terbalik dan mobil yang tergelincir tidak bisa dihitung lagi. Sebenarnya itu jalan darat sendiri hanya layak dilalui selama 8 bulan dalam satu tahun karena kondisi jalan setelah perbaikan seadanya yang dilakukan rutin tiap tahun hanya bertahan paling lama 8 bulan. Setelah itu dua bulan para sopir memaksa kendaraan mereka menembus medan yang amat cocok bagi kejuaraan off-road dan setelah 10 bulan jalan darat tak bisa dilewati lagi menunggu pekerjaan proyek perbaikan jalan. Beberapa tahun lalu, sembilan orang penumpang truk tewas karena salah satu jembatan di jalur ini patah. Keluarga korban yang marah membawa sembilan mayat yang tewas ke depan kantor Bupati yang segera memperbaiki jembatan tersebut menjadi amat bagus. Sejak itu setiap keluhan dari orang-orang yang baru pertama kali merasakan buruknya kondisi jalan lintas pedalaman ini selalu dijawab penuh canda oleh para sopir dengan istilah “tunggu 9 orang lagi!”


Hanya ada ubi dan kacang tanah
Kalau menurut kita mereka miskin…
Barangkali kitalah yang membuat hidup mereka menjadi miskin
Atau setidaknya membiarkan orang lain membuat mereka menjadi miskin.
Ubi jalar, yang dalam bahasa setempat disebut nota, adalah makanan utama penduduk suku Mee dan masyarakat pegunungan Papua lain. Biasanya ubi dibakar dan dimakan hampir tanpa tambahan protein yang cukup untuk kesehatan. Seringkali untuk menambah selera mereka memasak daun ubi jalar dicampur dengan mie instan, sedikit ikan asin atau satu kaleng kecil ikan sarden, inilah bumbu yang umum digunakan masyarakat. Memang kadang-kadang mereka menyembelih ayam yang harganya menjadi mahal (sekitar seratus lima puluh ribu per ekor) karena kebanyakan mati kurang sarana pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Sewaktu pesta, susu encer bisa dihidangkan dan babi, yang harganya tiga jutaan, bisa disembelih dan dikukus dalam batu yang dibakar. Dimakan dengan nasi, makanan pokok untuk pesta.
Singkatnya, penduduk asli banyak tergantung pada para pendatang Bugis-Makasar yang mampu mendatangkan dan menjual barang-barang sembako dari kota. Garam, gula, minyak goreng, mie instan, ikan asin dan ikan sarden kalengan menjadi bahan pokok dalam menu makanan sehari-hari yang harus ditebus dengan mahal karena para pendatang yang memonopoli perdagangan di pedalaman telah sepakat dengan harga jual yang menghasilkan keuntungan besar. Jika di Bomomani, pusat distrik Mapia, harga satu bungkus gula seberay 7 ons adalah sepuluh ribu rupiah maka harga di Modio, Timepa, Apowo dan kampung lain di wilayah Mapia bisa mencapai dua kali lipatnya karena semua barang harus diangkut dengan penerbangan perintis atau jalan kaki satu sampai tiga hari.


Dalam bidang perekonomian, para petani di Mapia banyak bergantung pada panen kacang tanah yang memang terkenal. Kebanyakan ladang penduduk, ditanami kacang tanah selain tentu saja nota (ubi jalar) yang menjadi makanan pokok. Kendala mendasar berkaitan dengan pengembangan ekonomi dari sektor pertanian di Mapia, sekali lagi, adalah masalah transportasi. Dominasi jaringan dagang para pendatang Bugis-Makasar berhasil juga mengendalikan jalur pemasaran hasil bumi masyarakat asli. Kesulitan transportasi memaksa para petani lokal menjual hasil bumi kepada para pedagang Bugis-Makasar yang sekaligus juga menjadi tengkulak hasil pertanian. Penyuluhan atau usulan tanaman yang lebih menguntungkan secara ekonomis, misalnya kopi atau palawija tidak memberi perubahan berarti bagi perekonomian masyarakat. Masalahnya, pertukaran untung tak berimbang yang terjadi tidak  berpihak pada penduduk lokal sehingga membuat jurang kesejahteraan pendatang dan masyarakat lokal makin melebar.


Membawa Salib dan Uang untuk mengalahkan Swanggi
Berkat kerja keras dan ketekunan para misionaris fransiskan puluhan tahun lalu, saat ini 70% total populasi warga Mapia telah beragama Katolik. Sayangnya tenaga imam dan pewarta yang sejak dulu tidak pernah menetap di satu kampung melainkan harus senantiasa berkeliling memberi pelayanan pastoral di wilayah yang demikian luas menyebabkan penghayatan dan pengetahuan iman umat tidak sepesat jumlah baptisan yang ada. Di satu pihak mereka adalah seorang Katolik di lain pihak ketakutan pada swanggi (arwah gentayangan), eniha (setan) serta kutukan adat peninggalan animisme leluhur masih mencekam kehidupan umat dengan tingkat yang sangat memprihatinkan. Tingginya tingkat kematian ibu dan anak, sebagai akibat kurangnya gizi, dipercayai umat sebagai kutukan adat atau perbuatan swanggi. Bahkan seorang katekis Katolik pernah mengatakan ada swanggi yang lebih kuat dari Allah atau mereka bisa membunuh manusia ketika Allah dan para malaikatnya tertidur.
Di luar ibadat hari Minggu, doa-doa bersama dalam keluarga dan komunitas lingkungan mulai terjadi beberapa tahun terakhir ini. Sementara devosi-devosi belum berkembang. Hanya umat yang pernah belajar di asrama misi atau di kota kabupaten tahu cara berdoa rosario selebihnya umat memakai rosario sebagai jimat penolak malapetaka. Demikian juga pengenalan kitab suci amat buruk karena tiga alasan yaitu pertama banyak umat belum bisa membaca, kedua pastor dan pewarta tidak sempat memberi pengajaran kitab suci karena sibuk memberikan pelayanan sakramental dan terahir tidak tersedia kitab suci dalam jumlah yang cukup. Namun seorang yang dibaptis menjadi Katolik memiliki pengetahuan minimal tentang doa dan tradisi katolik karena persiapan selama satu tahun.
Akan tetapi perayaan liturgis mingguan bisa menjadi amat hidup karena melibatkan seluruh dinamika dan sumber daya komunitas. Usai ekaristi, umat biasa berkumpul di luar gereja untuk mendiskusikan langkah kerja berangkat dari kotbah yang disampaikan pastor paroki. Apalagi dalam perayaan besar, acara liturgi sangat meriah. Misalnya  saat Minggu Palma seluruh umat membentuk barisan dengan dedaunan di tangan memaksa pastor yang sudah kelelahan berjalan kaki ke tempat itu masih harus keliling kampung sebelum masuk gereja. Lonceng gereja menjadi penanda kegiatan bersama seluruh kampung, karena umumnya tiap kampung beragama homogen, dengan menyebut nama kampungnya kita bisa tahu apakah ia beragama Katolik atau Protestan.
Pengembangan rohani dan iman umat menjadi keprihatinan pokok misi Gereja Keuskupan Timika saat ini meskipun disadari juga bahwa hal itu harus berjalan seiringan atau malahan didahului dengan pengembangan sosial ekonomi-budaya. Bukankah di Jawa misi dimulai lewat pendidikan dan kesehatan sebelum masuk dalam pewartaan Injil? Di Mapia pewartaan Injil sudah dimulai sebelum karya pendidikan dan kesehatan mantap dilaksanakan. Jadi kalau ingin menunjukkan kuasa Allah melebihi swanggi dan kutukan adat, Gereja harus memantapkan pendidikan dan kesehatan masyarakat agar pemahaman akan penyakit, pencegahannya dan pengetahun tentang gizi serta ‘bagaimana mencari makan yang baik’ semakin berkembang sehingga angka kematian ditekan. Pendek kata misi Gereja juga akhirnya harus mengembangkan ekonomi masyarakat pedalaman.
Jalan rintisan Nabire – Enarotali bisa dibangun melintasi Moanemani, pusat distrik Kamu, wilayah terdekat dengan distrik Mapia dan hal ini menggerakan Misi Gereja Katolik untuk memberi perhatian meningkatkan ekonomi masyarakat papua lewat P5 (Program Pengembangan Peternakan, Pertanian dan Perikanan). Peternakan sapi, itik, ikan dan kelinci, penggilingan kopi dan gerakan perkebunan inti menggairahkan masyarakat suku Mee. Sayangnya program P5 yang sangat mahal itu akhirnya gagal dan membuat umat setempat kehilangan lagi kesempatan mendapat kesempatan ekonomi berimbang.
Belajar dari pengalaman pahit misi Gereja di wilayah tetangga, maka misi Gereja di Mapia memulai pengembangan ekonomi masyarakat tidak dengan uang yang banyak tapi relatif lebih murah. Sadar akan mahalnya harga sembako di kios-kios para pendatang, umat di paroki dan stase memulai kios menjual barang dengan harga terjangkau. Lalu berangkat dari kebutuhan akan lauk maka pabrik tahu sederhana dibuat dan menggiatkan masyarakat mulai menanam kedelai. Perlahan-lahan umat diajak untuk belajar mengolah segala dimensi kehidupan di sekitar agar makin mengenal kasih sang pencipta.
Memang manusia tidak hidup dari roti saja melainkan juga dari sabda Allah; namun tanpa makanan yang cukup umat Mapia akan sakit dan mati hingga tidak akan pernah bisa lagi mendengar sabda Allah. 

Frans de Assiz
(Wakei Memau)